Selasa, 15 Oktober 2019

Catatan kardiologi

A. Algoritme HFREF


ARNI diberikan setelah ACE dihentikan 1 hari,
ARNI (sakubitril) target dose 2x100mg

Mekanisme ace inhibitor, sprinolactone, ARB

Target dose obat yang dipakai



B. PERIPARTUM CaRdiomiopathy

Jika memenuhi 3 kriteria
  1. Gagal jantung yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan atau gagal jantung yang berkembang dalam 5 bulan paska persalinan.
  2.  ejection fraction (EF) kurang dari 45% 
  3.  Tidak ada penyebab lain penurunan ejeksi fraksi.
C. ACUTE Coronary syndrome

Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation 
myocardial infarction) 
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment 
elevation myocardial infarction) 
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) 

C.1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) --> oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan 
tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi 
miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik 
atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer. 

Diagnosis STEMI 
- keluhan angina pektoris akut + elevasi segmen 
ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. -Inisiasi tatalaksana : revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan biomarker jantung.

C.2. Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat 
keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua 
sadapan yang bersebelahan.

Hasil EKG : Depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan 

C.3. Lokasi infark berdasarkan sadapan EKG
V1-V4 : Anterior
V5-V6, I, aVL : Lateral 
II, III, aVF :  Inferior
V7-V9 : Posterior
V3R, V4R : Ventrikel kanan

C.3. Tatalaksana

1. Tirah baring 
2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi 
O2 arteri <95% atau yang mengalami distres respirasi 

3. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam 
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A). Aspirin tidak bersalut 
lebih terpilih mengingat absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang lebih 
cepat (Kelas I-C)
5. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)

TERAPI JANGKA PANJANG
1. Mengingat sifat PJK sebagai penyakit kronis dan risiko tinggi bagi pasien yang
telah pulih dari STEMI untuk mengalami kejadian kardiovaskular selanjutnya
dan kematian prematur, perlu dilakukan berbagai intervensi untuk
meningkatkan prognosis pasien. Dalam penanganan jangka panjang ini peran
dokter umum lebih besar, namun ada baiknya intervensi ini ditanamkan dari
saat pasien dirawat di rumah sakit, misalnya dengan mengajarkan perubahan
gaya hidup sebelum pasien dipulangkan.
Terapi jangka panjang yang disarankan setelah pasien pulih dari STEMI adalah:
1. Kendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok,
dengan ketat (Kelas I-B)
2. Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100 mg) diindikasikan
tanpa henti (Kelas I-A)
3. DAPT (aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 

a.Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan 
dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI 
yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik 
(Kelas I-B)
atau
b.Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi  reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel) 
6. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada 
yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga kali. Nitrogliserin intravena diberikan 
pada pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual, dalam keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN) 
dapat dipakai sebagai pengganti
7. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi 
pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual



Tatalaksana

Kontraindikasi trombolitik




C. ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE

Skor HAS BLED Pada AF


D. Mekanisme kerja diuretik



Cara hapal :
Perokok: peroksimal--> mannitol, karbonik anhidrase
Lof u: loop henle furosemide (nak tukul : Na-2K- cl)
Tidal: thiiazid distal
Aldi: aldosteron distal
Handuk: hanya ADH duktus kolektivus

D.1. Dosis diuretik



E. Efusi perikard
Secara normal jumlah cairan perikard 15-50 ml
Bila terjadi peningkatan secara akut : 100-150ml
Bila kronik : butuh 1-1.5 liter untuk timbul gejala

E.1. Patofisiologi 
Terkait dampak



E.2 foto thoraks : water bottle sign



E. 3ECG :  normal hingga perubahan non-specific dari ST segment pada efusi yang kecil.




Gambar 1 : Ekg low voltage 

Kriteria low voltage :
  • Amplitudo semua gelombang QRS pada lead ekstremitas QRS nya < 5 mm; atau
  • Amplitudo gelombang QRS di lead precordial <10 mm

- efusi yang besar atau tamponade: electrical alternans ( spesifik )  namun tidak sensitives.
Electrical alternans:  gelombang QRS yang tingginya bervariasi.



Gambar 2. Elektrikal alternans pada efusi yang banyak
Bila efusi perikard karna perikarditis : EKG nya ST Elevasi yang bersifat difus.



Mnemonic trias beck  HJ. BUJANGAN
HJ ( hipotensi, jugular venous pressure naik
Bujangan (bunyi jantung tidak kedengaran)

E.4. Tatalaksana
Efusi massive : needle perikardiosentesis


F. KARDIORENAL SYNDROME


G. Algoritme bradikardia
Bila mendapatkan pasien dengan bradikardia pastikan dulu ada tidaknya
HALTE SIKSA AKU ( HIpotensi, ALTEred mental status, Syok, IsKemik Sign, AKute heart failure)

Bila tidak ada ---> bradikardia asimptomatik---> tak perlu terapi

G.1 penyebab bradikardia

G.2. AV block

Jika P adalah suami, q adalah istri, dan PR adalah jam pulang telat, seharusnya si suami selalu pulang paling lambat (pukul 20.00 , catat interval PR maksimal 0.2 ms)

Maka
1. Jika P/suami selalu pulang telat tetapi telatnya dijam yang sama misal (pukul 21.00 wita, PR interval misal 0.21), maka blok aV derajat 1---> tak perlu intervensi

2. Jika suami selalu pulang telat, hari ini jam 9, besok jam 10, lusa jam 11, dan akhirnya tak pulang pulang maka-->  AV blok derajat II tipe 1 (Mobits 1) mau bininya tetap satu atau --> tak perlu intervensi cukup WEKENBAH (Waspada, Evaluasi, KEnali kapan suami beruBAH)

3. Jika suami selalu pulang telat tidak teratur,misal hari ini jam 10, besok jam 9, lusa jam 2 malam, dan kadang tidak pulang maka ini adalah blok derajat II tipe 2 atau mobits II ( MO BIni Tambah Satu lagi, berarti jadi II) ---> harus intervensi

4. Bila rumah tangga sudah kacau balau, si suami entah pulang jam berapa, si istri juga sudha keluar rumah, mereka hidup dengan kehidupan masing masing,---> AV Blok derajat III---> pasti intervensi

G.3 patof AV blok




I. Premature atrial complex
  • Gelombang P abnormal yang diikuti dengan kompleks qrs
  • GelombanG p umumnya memiliki morfologi dan aksis yang berbeda terhadap gelombang sinus.
  • Gelombang P abnormal dapat tersembunyi mendahului gelombang T sehingga menghasilkan gambaran  “peaked” or “camel hump” appearance.
  • PACS yang berasal dari dekat AV node (“low atrial” ectopics) akan mengaktifkan atrium secara retrograde sehingga menghasilkan p wave dengan interval   PR i ≥ 120 ms
  • Pac yang mencapai nodus SA akan menyebabkan depolarisasi sehingga SA akan melakukan reset,--> berakibat pada interval yang lebih panjang sebelum gelombang sinus muncul
PACs that reach the SA node may depolarise it, causing the SA node to “reset” — this results in a longer-than-normal interval before the next sinus beat arrives (“post-extrasystolic pause”). Unlike with PVCs, this pause is not equal to double the preceding RR interval (i.e. not a “full compensatory pause”).




H. Ventrikel ekstrasistol/
Premature Ventricular Complex (PVC)
Adalah beat prematur yang berasal dari suatu fokus ektopik di ventrikel

Asal dari beat ektopik

  • Kontraksi prematur diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu atrial (PAC), junctional, atau ventrikuler
  • Adanya fokus Firing ektopik dari ventrikel membrikan jalan pintas terhadap sistem his-purkinye dan menyebabkan  depolarisasi ventrikel secara langsung.
PVC/VES disebut frequent bila lebih dari 5 PVC/VES dalam 1 menit.

klasifikasi


PVC terbagi menjadi :

  • Unifocal — berasal dari satu fokus ektopik tunggal--> masing masing ves sejenis
  • Multifocal — berasal dari dua atau lebih fokus ektopik dengan bentuk QRS yang berbeda

T morfologi asal PVC

  • PVCs dari ventrikel kanan memberikan gambaran left bundle branch (dominant S wave in V1).
  • PVCs dari ventrikel kiri memberikan gambaran RBBB from (dominant R wave)



PVCs often occur in repeating patterns,pola pvc berdasarkan berulangnya ves

  • Bigeminy — tiap 2 beat.
  • Trigeminy — setiap 3 beat .
  • Quadrigeminy — tiap 4 beat.
  • Couplet — dua berturut turut pvc
  • NSVT — three-thirty consecutive PVCs 

A. Gambar bentuk VES

 B. Ves multifokal

 C.ves bigemini

 D. Ves couplet multifokal

 E.ves couplet unifokal

 F. Non sustained vt


Penyebab ves:


Non sustained vt
 3-30 pvc berturut turut dengan rate lebih dari >100bpm disebut dengan non-sustained VT (ventricular rhythm if rate <100bpm)

Tatalaksana



I. Murmur




J. Mitral stenosis

 Kontraindikasi mitral commisurotomi

B. Stenosis aorta

 C. Mitral prolapse/regurgitasi mitral


K. TACHYCARDIA


L. Atrial fibrillation





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Obat obat dalam ilmu penyakit dalam

  Fe : ferosfat effervescent Cytodrox Anegrelide Sandimun Hydroxiurea (cytodrox) Gleevec (imatinib) 1x3 tablet Tasigna Rebo z (utk itp) Jurn...